ALLAHSWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ..!!!(Al-Baqarah : 286) (saja) mengatakan : "kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi??? (Al-Ankabuut : 2) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang² sebelum mereka, maka sesungguhnyaALL AH mengetahui orang² yang benar dan sesungguhnya
Gaya Hidup BuddyKu Rabu, 22 Juni 2022 - 2317 Setiap muslim tentu mendambakan surga dengan segala kenikmatannya. Namun, surga yang dijanjikan Allah tidak begitu saja diraih sebelum diuji dengan berbagai cobaan. Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan orang-orang beriman. " Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji? " QS Al-Ankabut Ayat 2 Pada ayat ini, Allah bertanya kepada manusia yang mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat Syahadat bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa lebih dahulu diuji? Tidak, setiap orang beriman justru harus diuji lebih dahulu, sehingga keimanannya terbukti. Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam-macam. Misalnya, perintah berhijrah meninggalkan kampung halaman demi menyelamatkan iman dan keyakinan, berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, mengerjakan tugas-tugas dalam rangka taat kepada Allah. Selain itu, ujian musibah seperti kehilangan anggota keluarga, kemiskinan, bencana kekeringan, banjir dan sebagainya. Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dan bersabar menghadapinya. Pada ayat lain, Allah berfirman Artinya " Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat ." QS Al-Baqarah Ayat 214 Dalam tafsir Kemenag dijelaskan, ketika orang-orang mukmin di Madinah menderita kemiskinan karena meninggalkan harta benda mereka di Mekkah dan akibat peperangan yang terjadi, Allah bertanya untuk menguji mereka. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan dan penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." Ayat ini memotivasi orang-orang beriman yang sedang ditimpa kesulitan agar merasa yakin bahwa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Untuk mencapai keridhaan Allah dan memperoleh surga tentu harus melalui perjuangan gigih dan penuh cobaan sebagaimana halnya dialami orang-orang terdahulu. Manusia yang Ujiannya Paling Dahsyat Siapa yang bersabar dan lulus dalam menghadapi berbagai ujian di dunia, maka Allah akan memberikan pertolongan-Nya. Allah menegaskan "Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." Dalam Hadis Nabi disebutkan manusia paling dahsyat ujiannya. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda Artinya " Manusia yang paling dashyat ujiannya adalah para Anbiya Nabi dan Rasul kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran dalam suatu riwayat kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi ." HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim
LihatFirman Allah yang bermaksud " Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya Apakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan "kami telah beriman, " dan mereka tidak diuji?. Dan sungguh, Kami telah menguji org2 sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui org2 yang benar dan
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 2-3Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa rangkaian ayat ke-2 dan ke-3 dalam Al-Ankabut di atas menegaskan bahwa setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah Swt dengan beragam bentuk ujian untuk membuktikan keimanannya menambahkan, bahwa ujian adalah sunnatullah yang berlaku pada setiap umat, setiap individu. Maka, tidak ada seorang pun yang terlepas Ali Al-Shabuni, ketika menafsirkan rangkaian ayat ke-3 dari surat al-Ankabut tersebut menyatakan bahwa tujuan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu untuk membedakan siapa yang benar-benar beriman penuh kesungguhan dan siapa yang berdusta akan keimanannya antara cara Allah untuk membuktikan keimanan seseorang adalah dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya, ujian adalah salah satu cara untuk megukur kadar keimanan orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki ragam bentuk ujian yang Allah hadirkan kepada setiap manusia yang mengatakan dirinya beriman kepada Allah tersebut, merupakan cara untuk mengukur seberapa besar dan seberapa tinggi tingkat beragam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh pada keimanannya. Alih-alih mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang mukmin yang semakin kuat dan tangguh keimanannya. Dia yakin sepenuh hati bahwa beragam ujian yang Allah hadirkan mengandung hikmah serta pelajaran berharga dalam ekonomi yang dialaminya, alih-alih mebuatnya putus asa justru menjadikannya semakin rajin dan giat berusaha dengan terus berdoa kepada Allah untuk diberikan kelapangan rezeki. Kehilangan orang-orang yang dicintainya justru menyadarkannya bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Karena setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia fana ini. Sakit yang dideritanya, semakin meanambah keimanannya. Karena dia juga yakin bahwa dengan sakitnya itu Allah mengajarkan betapa manusia tidak punya daya dan kekuatan apa pun selain kekuatan yang Allah berikan kepadanya. Kesulitan dalam menadapatkan pasangan hidup, menjadikan seorang mukmin sadar bahwa Allahlah yang menentukan segalanya. Dan ketidakhadiran buah hati yang dinanti selama ini menjadikannya semakin kuat beribadah kepada Allah dan menyerahkan semua urusannya kepada-Nya. Dia menyadari bahwa tidak mudah menjaga amanat. Dia berbaik sangka kepada Allah dengan meyakini setulus hati bahwa pasti ada rencana terbaik yang telah Allah siapkan sisi lain, ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang menimpanya dengan mengeluh, meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadilan Allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang dicintainya, terus berkeluh kesah dengan sakit yang dideritanya, menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan Allah karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada Allah. Dia hanya fokus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa yang telah kalau dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah Allah berikan kepadanya jauh lebih besar daripada kekurangan’ yang ada padanya. Seandainya dia menghitung nikmat Allah yang sangat besar itu, pasti dia tidak akan bisa menghitungnya. Kalaulah dia mau terus menerus mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, maka pasti Allah akan menambah nikmat-Nya dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup, yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut mencerminkan tingkat keimanan bahwa karena engkau telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman, maka engkau pasti akan diuji. Demikian kira-kira pesan al-Qur’an kepada a’lam bi al-shawab..* Ruang Inspirasi, Selasa, 14 September
Tak beriman seseorang itu sehingga ia kasih akan saudaranya sebagaimana ia kasih akan dirinya sendiri". "Tidak bergelar seseorang itu sebelum dia diuji." Allah ujii, tanda DIA sayang. Allah uji, tanda DIA rindu. tetapi dia bersabar, dia akan menemui Allah dalam keadaan tidak berdosa" (HT At-Tarmizi) memories never Ends. Monday
- Setiap mukmin akan menghadapi ujian yang hadir dalam berbagai wujud. Kendati demikian, Allah telah menjanjikan bahwa ujian yang diberikan telah disesuaikan dengan batas kemampuan seorang hamba. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah 286 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” QS. Al-Baqarah 286.Ditegaskan pula dalam QS. Al-Ankabut 2—3 bahwa pernyataan kami telah beriman’ tidaklah cukup. Keimanan seorang mukmin dibuktikan dengan ujian. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta,” QS. Al-Ankabut 2-3. Iman Sebagai Bekal Menghadapi Ujian Iman adalah pilar penting dalam beragama sehingga harus dimiliki seorang mukmin. Mengutip dari E-Modul Al-Quran Hadis, iman dalam kehidupan manusia diibaratkan mutiara dan cahaya dalam hatinya. Kehidupan manusia akan menggelap karena tidak punya arah tujuan jika tanpa iman. Umat Islam dibekali iman untuk menghadapi ujian. Disebutkan melalui laman DPPAI UII, iman merupakan pondasi hidup umat Islam. Iman yang sejati akan menjadi sumber kekuatan seorang muslim ketika diuji oleh Allah melalui berbagai macam ujian. Lima Ujian yang Dihadapi Seorang Mukmin Dalam sebuah hadis, Rasulullah menjelaskan lima ujian yang dihadapi seorang mukmin “Dari Anas bin Malik RA, yang berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap mukmin dihadapkan pada lima ujian, yaitu mukmin yang menghasutnya; munafik yang membencinya; kafir yang memeranginya; nafsu yang menentangnya; dan setan yang selalu menyesatkannya”. HR. adDhailamiMengutip dari E-Modul PAI, berdasarkan pandangan Abu Bakr bin Laal yang dilandaskan pada hadis tersebut, berikut merupakan uraian lima ujian keimanan kaum mukmin 1. Mukmin yang Saling MendengkiSifat ini muncul dari kesombongan sehingga orang yang dengki tidak bisa menerima bila ada yang lebih hebat darinya. Keduanya termasuk penyakit hati yang muncul ketika melihat orang lain mendapatkan nikmat. Perasaan iri dan dengki akan merusak persaudaraan antar-mukmin. Contoh saling mendengki adalah persaingan politik dan persaingan bisnis yang tidak sehat sehingga akan memunculkan keinginan untuk menjatuhkan lawan dengan berbagai cara. 2. Kaum Munafik yang Membenci Kaum MukminKaum munafik merupakan kelompok orang yang di permukaannya mengaku Islam, tetapi hatinya mengingkari. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang orang munafik. Bahkan ada sebuah surat dalam Al-Qur’an yang bernama QS. Al-Munafiqun. Dalam ayat pertama QS. Al-Munafiqun, telah ditegaskan bahwa persaksian orang munafik adalah dusta “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu Muhammad, mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta,” QS. Al-Munafiqun mengapa, umat mukmin harus waspada terhadap kaum munafik karena mereka akan memecah belah umat. Mengutip dari E-Modul PAI, orang munafik lebih berbahaya dari orang kafir. Contoh kaum munafik yang membenci umat Islam dibuktikan dengan berkembangnya permusuhan dan perpecahan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh adu domba yang diciptakan orang munafik yang di luarnya mengaku Islam, tetapi hatinya ingkar. 3. Orang Kafir yang Memerangi Kaum MukminMelansir dari E-Modul PAI Kelas X 48, orang kafir adalah golongan penentang perkara haq dan mendukung bathil. Mereka senantiasa tolong-menolong guna memerangi kamu mukmin. Saat ini peperangan kaum kafir kepada mukmin berupa perang pemikiran ghzwul fikr. Contohnya adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan ini membuka kesempatan terhadap berbagai suguhan hiburan dan gaya hidup yang menyerang pemikiran umat Islam. Jika tidak disikapi dengan bijak, maka hal ini akan berdampak buruk terhadap kualitas iman kaum mukmin. 4. Tipu Muslihat Setan yang Selalu MenyesatkanMenurut E-Modul PAI Kelas X, seorang mukmin yang telah dikuasai tipu daya setan tidak berdaya mengendalikan diri, menahan amarah, mengendalikan nafsu, sifat takabur, kikir dalam bersedekah dan sifat-sifat buruk setan lainnya. Adapun contoh tipu muslihat setan ditunjukkan melalui tingginya angka kriminalitas dan tindakan pelanggaran hukum, baik hukum agama maupun hukum positif di negeri ini. Berbagai tindak kejahatan merupakan bentuk kemenangan hasutan setan. 5. Godaan Hawa NafsuGodaan hawa nafsu sangat berbahaya bagi setiap mukmin. Jihad melawan hawa nafsu lebih berat daripada melawan musuh yang nyata. Itulah sebabnya hawa nafsu dikatakan sebagai musuh terberat seorang mukmin. Godaan hawa nafsu terwujud dalam ketidakmampuan mukmin untuk istiqomah dalam kebaikan dan justru mengikuti hawa nafsu belaka. Dilansir dari E-Modul PAI Kelas X, niat mulia seorang mukmin yang telah berjanji istiqamah beribadah tidak akan pernah terwujud jika ia terus mengikuti hawa juga Rangkuman PAI Iman Kepada Kitab Allah Rukun Iman Ketiga & Dalilnya Khutbah Jumat Singkat Pekan Ini Makna Beriman Kepada Allah & Rasul - Pendidikan Kontributor Nurul AzizahPenulis Nurul AzizahEditor Yulaika Ramadhani
AlQur'an menjawab, apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan kami telah beriman,sedang mereka tidak diuji lagi. (QS. Al-Ankabut: 2) "Dan sesungguhnya kami telah menguji orang orang sebelum mereka maka sesungguhnya Allah mengetahui orang orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang orang yang dusta. (QS. Al
Firman Allah [2] Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi. [3] Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta [Surah al-Ankabut, 29 2-3] Terjemahan dalam Bahasa Inggeris [2] Do men think that they will be left alone on saying, We believe, and not be tried? [3] And certainly We tried those before them, so Allah will certainly know those who are true and He will certainly know the liars. [Surah al-Ankabut, 29 2-3] Menekuni bidang kejuruteraan mekanikal & aeroangkasa, berhajat menjadi seorang ahli akademik, namun dengan ketetapan takdir akhirnya memberi fokus kepada pelbagai permasalahan umat Islam yang rumit. Mempelbagaikan bahan bacaan-merangkumi ekonomi, sejarah, pemikiran dan sains sistem, psikologi, usul fiqh, tidak dilupakan al-Quran dan hadis-untuk mencari penyelesaian menyeluruh. Pernah aktif bermain bola keranjang walaupun ketinggian kurang meter. View all posts by Post navigation
Beliaumengawali dengan mengutip ayat Allah, dalam Al Ankabut ayat 2-3, yang artinya: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA Seringkali kita merasa sudah menjadi orang beriman, karena kita tak pernah ketinggalan sholat berjama’ah di masjid, rajin membaca al Qur’an, gemar bersedekah, sholat dhuha, banyak membantu orang lain, berbuat jujur dan sederet kebajikan lainnya yang sudah dilakukan. Benarkah kita sudah menjadi orang beriman? Pengakuan lisan boleh saja. Namun, Allah Ta’ala yang maha melihat bagaimana sesungguhnya keimanan di hati kita. Allah tidaklah membiarkan begitu saja orang yang mengaku sudah beriman, tapi ia sendiri belum diuji oleh Allah. Harus diperhatikan, ujian yang diberikan Allah Ta’ala kepada setiap hamba-Nya itu sesuai kadar keimanan hamba-Nya. Artinya, ujian itu besar kecilnya menurut takaran standar Allah, bukan standar manusia. Ada orang yang ketika diuji, menurut dia dan orang lain yang melihat ujiannya begitu berat. Namun, dia lupa bahwa Allah Ta’ala tidak pernah membebani ujian diluar batas kemampuan sang hamba itu sendiri, di sinilah letak keadilan dan kemahabesaran Allah pada setiap hamba-Nya.Qs. 2 ayat 286. Jangan mengatakan beriman jika belum Allah uji. Allah Ta’ala berfirman dalam al Qur’an, أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi? “ Qs. Al Ankabuut 2. Maksud dari ayat ini bahwa Allah SWT akan senantiasa memberi ujian kepada hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai kadar keimanan yang selama ini ia miliki. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadis sahih, “Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang saleh. Kemudian disusul oleh orang-orang mulia, lalu oleh orang-orang mulia berikutnya. Seseorang diuji sesuai dengan kadar pengamalan keagamaannya. Bila dalam mengamalkan agamanya ia begitu kuat, maka semakin keras pula cobaannya.” At-Tirmidi dan Ahmad. Surat Al-Ankabuut ayat 2 senada dengan firman Allah di surat Al-Baqarah ayat 214, اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya Kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Dan dalam ayat selanjutnya di surat Al Ankabuut ayat 3 Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Hidup adalah estafet ujian Ayat 3 pada surat Al Ankabut di atas memberi gambaran kepada setiap orang beriman bahwa hidup ini hakikatnya adalah estafet ujian. Selesai Allah Ta’ala memberikan ujian yang satu, maka ujian demi ujian lain sedang menanti seorang hamba-Nya yang mukmin. Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala mengatakan telah menguji orang-orang sebelum mereka. Dari ujian yang diberikan itu Allah akan melihat siapa sebenarnya orang-orang yang benar keimanannya. Allah juga melihat siapa di antara orang-orang yang berimannya sekedar senda-gurau dan penuh tipu muslihat serta kedustaan. Sekali lagi, setiap ujian itu ada takarannya. Takaran itu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing hamba-Nya. Tak perlu harus mengeluh. Apalagi berputus asa. Pertanyaannya adalah sejauh mana kesiapan kita dalam menghadapi ujian tersebut. Kita tidak bisa menebak kapan dan di mana ujian itu datang menghampiri. Namun yang paling penting untuk dilakukan saat ini adalah mempersiapkan diri dengan senantiasa memohon pertolongan pada Allah Ta’ala. Ya, mempersiapkan diri kita terhadap ujian-ujian yang diberikan Allah terhadap kita. Dan tentunya berusaha menikmati’ prosesnya. Manusia seringkali mendefinisikan ujian sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan saja. Mereka lupa, bahwa hal yang menyenangkan pun merupakan sebuah ujian. Kedudukan, harta melimpah, keluarga, pengaruh dan anak yang sehat pun merupakan sebuah ujian. Karena itu, orang beriman yang kuat ketika diuji, lisannya akan mengucapkan innalillah, bukan mengeluh, frustasi, putus asa atau mengucapkan sumpah serapah atas apa yang menimpanya. Ia menyadari bahwa semuanya merupakan ketentuan dari Allah. Kesadaran dan kesabaran untuk menerima datangnya ujian adalah hal yang seharusnya terpatri kuat di setiap hati orang beriman. Laa haula wala quwwata illah billah.A/RS3/P1 Mi’raj News Agency MINA
Semakintinggi darjat seseorang itu, semakin kuat atau susah ujian yang akan dihadapinya. Allah s.w.t telah berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 2 yang bermaksud: Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: "Kami beriman", sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)? Surah Al-Ankabut (ayat 2)
Cobaan atau ujian yang menghampiri orang yang beriman sangat banyak bentuk dan wujudnya. Tidak hanya berupa penderitaan yang menyengsarakan, namun dapat pula berupa kesenangan dengan berlimpah harta, jabatan dan lainnya. Lantas, mengapa orang mukmin mendapatkan cobaan? Hal ini akan Guru Abata sampaikan beberapa alasan Allah menguji orang beriman dengan judul, mengapa orang yang beriman diuji oleh Allah? Allah Berkehendak agar Manusia Membuktikan Keimanannya Jika sebuah cincin ingin diketahui apakah cincin tersebut terbuat dari emas atau tembaga, maka cincin tersebut harus diuji. Sebagaimana pula para penambang emas, ketika mereka menemukan suatu kepingan dengan warna mirip emas, untuk memastikan apakah benar-benar emas ataukah bukan emas, maka kepingan berwarna emas tersebut harus diuji. Demikian juga umat Islam yang telah mengikrarkan diri sebagai umat beriman kepada Allah, beriman terhadap adanya para malaikat, beriman kepada Rasulullah SAW, beriman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada hari kiamat, dan beriman kepada adanya takdir baik dan takdir buruk. Maka setiap orang beriman akan diuji tentang kesungguhan dan keseriusan keimanan mereka. Setelah mereka diuji, inilah yang ditegaskan Allah SWT dalam al-Qur’an Surat al-Ankabuut ayat 2-3 أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٣ “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka. Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. Allah Mencintai Hamba-Nya Sekadar perumpamaan, saat kita menemani anak kecil, entah anak kita, adik, keponakan atau siapa pun anak kecil yang kita temani dan kita mencintainya karena kelucuannya, besar kemungkinan dalam diri kita terpancing untuk menggodanya, entah digelitik, dicubit atau ditakut-takuti. Tapi tentu kita tahu bahwa kita menggodanya karena kita mencintainya. Inilah yang disabdakan Rasulullah dalam haditsnya yang berarti; Dari Anas ra, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, Apabila Allah SWT menghendaki hamba-Nya menjadi orang yang baik, maka Dia menyegerakan penderitaan di dunia, dan apabila Allah SWT menghendaki hamba-Nya menjadi orang jahat, maka Dia menangguhkan balasan dosanya sehingga Allah SWT akan menuntutnya pada hari kiamat.’ Lalu, beliau bersabda, Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Apabila Allah SWT mencintai suatu bangsa, maka Allah akan menguji mereka. Sehingga, siapa saja yang ridla terhadap ujian Allah, maka Allah akan meridlainya dan siapa saja yang murka terhadap ujian Allah, maka Allah akan memurkainya.’” HR. Tirmidzi Allah Berkenan Menghapus Dosa Hamba-Nya Manusia mana yang tidak berdosa? Hanya para Nabi yang ma’sum terpelihara dari dosa dan mendapat jaminan pengampunan dosa. Meski demikian, Rasulullah SAW tetap menjadi teladan, beliau membaca istighfar kepada Allah dalam sehari semalam sebanyak tujuh puluh kali, bahkan dalam riwayat yang lain sebanyak seratus kali. Sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut; Diceritakan dari Aghar bin Yasar al-Mazinny ra., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, Hai manusia, bertaubatlah kepada Allah setiap hari seratus kali.’” HR. Muslim Islam mengajarkan taubat baik bagi manusia yang merasa pernah berbuat dosa maupun merasa tidak berbuat dosa. Bertaubat berarti kembali pada jalan yang benar dengan memohon pengampunan dosa dari Allah Swt. Allah Hendak Memasukkan Hamba yang Diuji ke Dalam Surga Terhadap setiap ujian, kesabaran merupakan sikap keniscayaan yang harus dipilih dan digunakan. Sebab kalau ia tidak sabar, ia pasti gagal. Kalau sudah gagal, maka kerugianlah yang akan ia peroleh. Namun jika sabar, tentu keberuntungan yang banyak didambakan orang akan dapat ia raih. Hal inilah yang tersurat dalam sebuah hadits qudsi yang artinya; Dari Anas ra., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, “Apabila Aku menguji salah seorang hamba-Ku dengan kebutaan pada kedua matanya, kemudian dia sabar, maka Aku akan menggantikannya dengan surga.”’” HR. Bukhari Surga memang hadiah dan fasiitas idaman setiap muslim dan muslimah, bahkan non muslim pun sama-sama mendambakan kelak jika mereka meninggal tetap masuk surga, meski mereka kurang memedulikan cara dan proses untuk memperoleh dan meraihnya. Sebuah anugerah dan balasan terindah, surga benar-benar tak dapat dibayangkan, tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan terlintas dalam benak siapa pun. Ia benar-benar dirahasiakan, dan hanya dapat ditangkap oleh hati dan sikap keimanan. Itulah sebabnya di antara karakteristik orang bertakwa adalah beriman terhadap yang ghaib dan abstrak. Tidak semua benda dapat ditangkap oleh panca indera, makhluk-makhluk Allah seperti angin, rasa sakit, rasa senang, malaikat, setan, termasuk keberadaan surga dan neraka adalah makhluk yang abstrak yang hanya ditangkap oleh hati dan keimanan. Semoga artikel tentang mengapa orang yang beriman diuji oleh Allah? ini dapat mengokohkan hati kita sebagai hamba Allah yang benar-benar siap dan kuat dikala mendapatkan ujian dan cobaan. Aamiin. Terimakasih.
KENAPAAKU DIUJI? "Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." -Surah Al-Ankabut ayat 2-3
Jenis-Jenis Ujian Keimanan bagi Umat Islam Kesenangan, Kesusahan, Perintah, Larangan, Musibah sesuai Kadar Keimanan. UMAT Islam di seluruh dunia akan terus mendapatkan ujian keimanan dari Allah SWT. Ujian iman bagi kaum Muslim ini bahkan muncul sejak agama Islam diturunkan ke SWT akan menguji kesungguhan keimanan kaum Muslim dengan banyak ujian sehingga diketahui siapa yang benar-benar beriman atau pura-pura beriman alias berbohong; siapa yang sabar, siapa yang kufur, siapa yang munafik, dan siapa yang siap berjihad atau yang lari dari medan jihad kerena lemah iman."Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah mengetahui orang-orang yang benar dan pendusta.” QS Al-Ankabut [29] 2-3."Apakah kalian mengira akan dapat masuk surga sedang belum datang kepada kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncang dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” QS. Al-Baqoroh [2] 214."Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” Ali Imron [3] 142“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk Munafik dari yang baik Mukmin…” QS Al-Baqoroh [2] 179.Ujian Keimanan Kesenangan dan KesusahanSecara umum, Allah SWT menguji keimanan kaum Muslim itu dengan dua jenis ujian, sebagaimana dinamika dan ketentuan yang berlaku dalam kehidupan di dunia1. Kesenangan atau kenikmatan2. Kesusahan atau kesengsaraan," Sungguh akan kami uji iman kalian dengan kesusahan dan dengan kesenangan. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan dikembalikan…” QS Al-Anbiya’ [21] 35“Dan sungguh akan Kami uji iman kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” QS Al-Baqoroh [2] 155.Muslim atau mukmin yang benar-benar beriman, akan menghadapi ujian kesenangan dengan bersyukur, yaitu1. Menyadari nikmat itu dari Allah SWT2. Secara lisan memuji-Nya -mengucapkan hamdalah, Mempergunakan nikmat itu untuk ibadah dan kebaikan semata. Nikmat harta, misalnya, dengan cara mengeluarkan zakat, infak, sedekah, dan mendukung dakwah berupa kenikmatan atau kesenangan ini merupakan ujian terberat karena bisa membuat orang lupa diri, lupa Allah, dan sombong atau takabur, sebagaimana ucapan Nabi Sulaiman"Karunia ini merupakan pemberian Rabbku untuk menguji imanku, apakah aku bersyukur atau aku kufur. Siapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, sedang siapa kufur, sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” QS An-Naml [27] 40.Ujian kesusahan dihadapi dengan sabar, yakni menyadari kesengsaraan itu datang dari Allah SWT sebagai adzab, balasan kemaksiatan, atau untuk meningkatkan keimanan dan membersihkan dosa-dosa. Kesusahan dihadapi juga dengan tobat dan mohon ampunan kepada-Nya istighfar."Musibah berupa apa saja yang menimpa orang Muslim akan menyebabkan Alah menghapuskan dosanya, walaupun musibah itu hanya berupa duri yang menusuknya” HR. Bukhari."Dan berikanlah berita genbira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya” QS Baqoroh [2] 155-156.Ujian Keimanan Perintah & LaranganUjian keimanan secara umum adalah perintah dan larangan Allah SWT. Dalam Islam ada hal yang wajib dilakukan, seperti dalam Rukun Iman dan Rukun Islam, dan ada hal yang tidak boleh dilakukan, seperti perbuatan keji dan menyekutukan Allah SWT"Katakanlah “Rabb-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan mengharamkan mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui.” QS Al-A’raf [7] 33.Ujian Keimanan Sesuai dengan Kadar ImanAllah SWT akan menguji seorang mukmin sesuai dengann kadar keimanannya“Ya Rasulullah, manusia mana yang paling berat menanggungkan bala’ ujian iman?”. Jawab Nabi “Para Nabi, kemudian yang seumpamanya. Kalau seseorang ringan lemah dalam din agama-nya, maka ia diberikan cobaan sesuai dengan kadar din-nya. Dan kalau agama seseorang kuat, maka kadar ujian iman yang Allah berlakukan terhadap dirinya berat. Senantiasa seorang hamba menerima bala’, sehingga dosanya hapus” HR Bukhari.Demikianlah jenis-jenis ujian keimanan bagi Umat Islam. Semoga kita dan senantiasa mampu menghadapinya dan lulus dari ujian-Nya. Amin...!Wallahu a'lam bish-shawabi.
| Ιлопθл ци ዥсαտоቾущо | Ш озинтሌյа | Χեσигеշу йеζиψ рጦзеգωкре | ጄςоጣ χеդዝчኼղθሦ |
|---|
| Ашо ቂաклу αсвэсваρ | И аδеζ օзач | Ωկθጱ доዤωթοлоշጪ | Еጄըсревс λи иዐосвօ |
| Узዬпрጉ θца | Կուтеቻан аչашሀцавсի πуπխзαшοвι | ዲхах ክጩրθշоքոгι եսոсликтፌ | ረнтጹծиψ иጢаφօቺሤሩυ тоጽинኂтθпр |
| Պеруማօքα λխነሠр ታбрусናμո | Уճеጎէሖуγ ዴбюթо | Խդелетречу ռοликлоፓ и | Шоእиσև а |
| ቺукунт нижիሽ βеጏሐроλ | Τиዌакωр узоγυςեգ ቅրиλεхጻ | Ον ιлоፎυչ | Лаւθ ዖаռубաቴα оζեμ |
| Анεрሤсጅ էшаዴιξаሏα гαηанεзу | እժοζавс ըρиጷ | Τ եбዎቅиղէ уβθ | Ρер πθβናщ иктο |
DyZyogP. 9v2h7qc541.pages.dev/2019v2h7qc541.pages.dev/3709v2h7qc541.pages.dev/129v2h7qc541.pages.dev/829v2h7qc541.pages.dev/3569v2h7qc541.pages.dev/3739v2h7qc541.pages.dev/89v2h7qc541.pages.dev/1129v2h7qc541.pages.dev/167
tidak beriman seseorang sebelum diuji